Apa kabar hati? Masihkah kamu bersedih atau sedang berbahagia?
-----------------------------------------------------------
Entahlah, saat ini aku sedang terdiam membisu. Hari ini aku ingin pergi sejauh mungkin. Hari ini juga aku ingin berteriak sekeras mungkin. Ya, aku hanya perlu istirahat sebentar saja dari kesibukan lebaran ini. Bertemu dengan banyak orang mungkin membuatku berfikir lebih dalam lagi. Aku takut, jika aku hanya memandang kehidupan ke atas dan lupa memandang ke bawah.
Aku mulai mencoba mematikan ponselku agar aku tidak menerima pesan singkat di WA. Aku mencoba melakukan aktivitasku seperti biasanya. Apa yang beda dengan hari ini? Aku tidak berhenti menangis. Dalam diampun aku menangis. Walau jika ada orang lain aku bisa menahan air mata itu, tapi kini aku menikmati kesendirianku.
23 tahun yang lalu, saat aku berumur 4 bulan di perut mama Allah telah menuliskan takdirku di lauhul mahfudz. Aku diberikan nyawa oleh Allah dan 9 bulan diperut mama akhirnya aku lahir di dunia. Yang aku tahu, aku tidak bisa memilih lahir dari rahim siapa. Aku tidak bisa memilih lahir di bumi bagian mana. Aku tidak bisa memilih lahir menjadi laki-laki atau perempuan. Alhamdulillah, semua perjuangan 23 tahun ini tidak sia-sia. Aku lahir dari perut mama, Ibu yang sangat luarbiasa.
Entah, aku terlahir dari keluarga yang serba kekurangan, aku lahir dengan segala kekurangan yang selalu mereka katakan padaku, aku lahir sebagai anak yang tidak secerdas anak-anak lain. Aku pernah menyerah, aku pernah malu dengan apapun yang kupunya. Aku tidak jarang mengeluh karena banyak hal yang aku ingini dan tidak bisa kudapatkan, sedang teman-temanku selalu dengan mudah mendapatkannya. Aku tidak jarang menangis karena aku hidup dikeluarga yang tidak sebagus keluarga teman-temanku. Aku tidak jarang sedih, dengan segala yang aku punya.
TAKDIR. Aku terdiam. Aku ingin menemukan diriku sendiri. Aku sedang ingin belajar mensyukuri takdir.
Takdir adalah salah satu rukun iman yang harus ku yakini. Bagaimana aku menjadi Islam, jika aku tidak meyakini takdir dari yang Maha Kuasa?
Jadi, pelajaran hari ini bukan tentang menemukan diri sendiri namun tentang belajar meyakini iman yang ke-6. Takdir.
Apapun yang terjadi hari ini sudah tercatat di lauhul mahfudz. Tidak perlu risau jika hari ini harus bersedih karena diri sendiri. Tidak perlu kecewa telah terlahir di dunia. Everything will be okay, Uswa. Dunia boleh mencaci diriku, tapi aku yakin bahwa semua akan berlalu. Bersabarlah.