Senin, 21 Mei 2018

Tahun ke-24, Kak Emi.

Uswa dan Kak Emi di Jalan Gunung Kidul
Ingatlah, bahwa ketika kau tak punya siapa-siapa selain Allah. Allah itu lebih dari cukup dari apa yang kau butuhkan.

Setiap perjalanan pasti akan menemukan tujuannya masing-masing.
Alhamdulillah, 22 Mei 2018 ada salah satu sahabatku yang mengulang tanggal lahirnya. Sudah 24 tahun Allah berikan kesempatan untuk dia menghirup udara di bumi-Nya. Jadi, siapakah dia? :D

yeay, Namanya Emi Nurkholif. Panggilannya Emi. Kalau aku manggilnya Mbak Emi, secara Mbak Emi lebih tua dari aku. Jadi ceritanya hari ini mbak emi ulang tahun, tapi aku dan Burhan sama sekali tidak tahu. Tiba-tiba Mbak Dita ngucapin di grup WA kelas. Emang ya, Mbak Dita engga kong kalikong dulu. hehe

BARAKALLAH FII UMRIK 24 TAHUN
EMI NURKHOLIF

Selamat untuk yang ke-24 tahun ini. Ada yang baru kan di umur yang 24 ini?
Salah satunya adalah aku. Eitzz, geer banget ya? Atau Abang Asep yang spesial? Ups, keceplosan Mbak. :D aku tahu kalau sampai saat ini Mbak Emi masih susah move on dari si dia.

Mbak, terimakasih sudah mau berjuang bersama di PPG Prajab ini. Mau diajak ke sana-sini, ngurus ini itu. Kalau udah inget umur 24 tahun itu, ingetnya nikah mulu sih. :D Eh, engga boleh gitu. :)
Mbak Emi, semoga di tahun ke-24 ini Mbak Emi tambah yang baik-baik saja ya. Berkah umurnya, sehat selalu, dan yang pasti diumur ke-24 harus lulus PPG terus mengabdi ya, Mbak?

Kita berjuang bareng ya Mbak, saling mendoakan yang terbaik. Pokoknya asam manis pahit ini kita lalui dengan bahagia. Engga boleh gampang menyerah, Yakin pasti bisa. :)

Pesen Adik ke Kak Emi (dari Masgun)
Semakin jauh jarak yang ditempuh, semakin panjang waktu yang dijalani, semakin terasa bahwa apa-apa yang dulu tidak dipahami menjadi semakin dimengerti. Melihat bagaimana dunia berputar, bagaimana orang-orang bergerak ke sana ke mari, merasakan bagaimana siang dan malam terasa semakin cepat berganti.

    Sebelum lulus dari kuliah, ingin ini dan itu. Banyak sekali. Melihat kepemilikan orang lain dan ingin memilikinya. Melihat teman yang sudah lulus dan bekerja, terasa bahwa apa yang dimiliki saat itu tidak terasa berharga.

    Selepas kuliah. Melihat bagaimana teman-teman mulai memiliki perusahaan sendiri, ataupun mulai membeli dan mencicil rumah, juga kendaraan, dan kita masih tertatih-tatih kepanasan dengan sepeda motor dan kos-kosan yang sempit. Terasa bahwa apa yang dimiliki saat itu begitu sedikit.

    Selepas itu, melihat teman satu per satu menemukan pasangan hidupnya. Kita pun mulai berpikir bagaimana mencari dan menemukannya, sementara di satu sisi kaki kita masih berpijak di dunia dimana kita masih mengukur seberapa banyak harta yang kita siapkan untuk membina rumah tangga. Dan kita juga menyadari usia yang semakin menua. Juga menyadari kalau menikah tidaklah tepat dengan alasan-alasan seperti itu, tapi tetap saja hati kita terasa kosong dan iri pada apa-apa yang didapati oleh teman-teman yang lain.

    Setelah menikah, kita melihat orang lain memiliki bayi-bayi yang lucu. Bahkan beberapa dari mereka, menikah setelah kita dan memiliki bayi lebih dulu. Sementara kita belum juga diberikan. Rasanya kebahagiaan seperti dikurangi setiap hari dan setiap kali melihat foto-foto bayi yang membanjiri linimasa media sosial.

    Rasanya, tidak akan pernah ada habisnya jika kita menghitung apa-apa yang tidak dan belum kita miliki. Dan itu membuat hari kita semakin sempit, kebahagiaan semakin sulit ditumbuhkan.

    Dan saya menjadi paham bahwa rezeki itu memang ada waktu dan tempatnya. Apa yang saya miliki saat ini, adalah apa-apa yang begitu diinginkan oleh orang lain. Barangkali memang inilah rezeki yang paling tepat untuk saya saat ini. Dan saya pun menjadi paham bahwa mendoakan orang lain itu lebih baik daripada bertanya.

    Bertanya tentang; kerja dimana, penghasilan berapa, sudah punya apa, kapan menikah, sudah hamil belum.

    Kadang saya khilaf, jangan-jangan saya menjadi sebab hilangnya rasa syukur orang lain karena pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Pertanyaan yang seperti peduli tapi sebenarnya hanya penasaran karena ingin tahu. Keingintahuan tentang orang lain yang tidak bisa kita kendalikan.

    Dan saya pun belajar bahwa syukur itu hal yang paling bisa memenangkan dan menenangkan hati. Saya percaya bahwa rezeki itu akan datang di tempat dan waktu yang terbaik. Jangan khawatir.
Gitu ya Mbak Emi, see you on top :)
22 Mei 2018

Tidak ada komentar:

Mengakhiri

Sunyi sepi, dan sendiri mengajarkan banyak hal--- paling utama adalah mengenal diri sendiri. ternyata, mengakhiri dengan baik-baik itu leb...