Selasa, 20 Januari 2015

Sidang Umum HIMANIKA FT UNY 2014

bismillah :)
17-18-19 Januari 2015

Alhamdulillah serangkaian agenda Sidang Umum (SU) HIMANIKA FT UNY ini telah selesai. Saat ini saya selaku penulis, saya selaku pengurus HIMANIKA FT UNY 2015 mengucapkan beribu terimakasih kepada semua pihak yang telah berlibat dalam SU HIMANIKA 2014. Panitia yang telah menyiapkan segala keperluan SU hingga berakhir selama tiga hari. Semua tamu undangan yang menyempatkan untuk hadir, dan tak lupa untuk semua pengurus yang telah disidang dan dipertanggungjawabkan.

Begitu cepat sekali masa kepengurusan HIMANIKA FT UNY 2014, serasa baru sehari. Sebagai staff KesMa, inilah jalan jihadku selama semester 2-semester 3. Rupanya aku merasakan 1 tahun sebagai staff KesMa sama dengan 1 hari. Yaaah, satu hari yang panjang sekali, 1 hari dengan beribu rentetan masalah, 1 hari dengan beribu amanah, 1 hari dengan beribu orang yang baru dikenal, 1 hari dengan beribu pembelajaran, 1 hari dengan beribu hembusan nafas, dan 1  hari dengan beribu ragam rasa.

1 tahun yang aku samakan dengan 1 hari tanpa istirahat. Hanya 1 hari saja kok, hanya? hmmm
-lillahita'ala- kuncinya bertahan dalam 1 hari itu, kunci yang terkadang akan banyak orang bertanya. Mbak/Dek kok bisa ya bertahan di HIMANIKA? Apa sih yang bikin Mbak/Dek bisa sampai detik ini? Dheg, saat pertanyaan itu datang aku tak tahu mau jawab apa. Pun kalau memang harus menjawab, aku paling bilang "di HIMA asyik lho bisa belajar ini itu, bisa kenal sama ini itu, bisa punya banyak pengalaman Dek/Mbak". Sungguh, kalaupun harus jujur, aku tak bisa untuk menjawab pertanyaan itu. Butuh waktu lama untuk mendapatkan jawaban yang tepat, bukan hanya jawaban "mulut" saja. Aku mencari jawaban "NURANI", jawaban yang menguatkanku sampai pada ujung masanya (red:SU).

Sudah cukupkan sekarang? Cukup jawaban :"lillahi ta'ala" . Jawaban "NURANI"ku, jawaban yang harus dicari sampai pada akhirnya dipertanggungjawabkan. Namanya "pertanggungjawaban" pastilah ada hhubungannya dengan "niat". Kalau sejak awal niat sudah baik, menjalaninya baik, ya pastilah tidak terlalu takut dengan "pertanggungjawaban". Dan ini bagaimana dengan penilaian tersebut? Kami masih saja CUKUP dengan penilaian mentok di C. Bagaimana dengan kinerja kami? Bagaimana dengan jihad fisabilillah kami? C kah? Astaghfirullah, tak pernah aku minta Engkau untuk menilai kami seburuk itu YaAllah. Semoga jihad di HIMANIKA 2014 tak pernah dinilai C oleh Engkau. :')

Saat ini pula, jihad kami akan di uji lagi. Diuji lagi untuk mengemban amanah yang lebih besar lagi di HIMANIKA FT UNY 2015. Kami telah ditetapkan untuk melanjutkan perjuangan pejuang-pejuang sebelum kami. -SEMOGA AMANAH- aamiiin :)
Sebelum kami berjihadfisabilillah, ada yang harus diungkapkan. Mengenai pembelajaran 1 tahun yang hampir samadengan 1 hari dengan tagline "Satu Keluarga Penuh INSPIRASI" kalian memang mengINSPIRASI kami. Walaupun,  cukup beberapa jam saja kita sudah berpeda posisi tempat duduk, dan berbeda sebagai lawan bicara. Aku harap itu hanya bagian dari pemanis langkah jihad kita.

-SELAMAT BERJUANG-
masih tetap dihati -SATU KELUARGA PENUH INSPIRASI- HIMANIKA FT UNY 2014-

WELCOME -AHLAN WA SAHLAN-
HIMANIKA FT UNY 2015
-MAJU,  RELIGIUS DAN BERBUDAYA-

Kamis, 15 Januari 2015

Apa sebenarnya makna “mudik” menurut mu?



Apa sebenarnya makna “mudik” menurut mu?

Alhamdulillah masa UAS semester 3 sudah selesai. Untuk sampai pada titik ini banyak sekali yang harus dilalui. Entah sudah berapa tahap yang sudah aku lalui. Tahap yang melelahkan pastinya, tetapi aku banyak dapat hal yang baru untuk semester ini. :)

Saat aku menulis ini aku sedang menunggu kedatangan kereta api yang akan mengantarkaan keberangkatan mbak Intan (mbak kos) untuk pulang ke Banyumas. Sebelumnya kemarin aku sudah mengantar mbak Intan  kesini, dan alhasil mbak intan ketinggalan kereta karena miskom sama pengurus disana. Jadi, untuk kali ini kami sudah berangkat sejak pukul 13.30 WIB dan harus memastikan keretanya (kereta Logawa).

Aku banyak belajar dari orang-orang disekelilingku, saat ini aku sedang melihat banyak orang sedang berkerumunan di hall stasiun Lempuyangan. Yang aku tahu sekarang, saat ini ada beberapa orang yang sangat bahagia karena ingin bertemu dengan sanak saudara, teman, kawan, anak, istri, suami atau entah *pacar. Ada juga yang mau liburan entah kemana, intinya walaupun duduk lesehan di lantai hall stasiun tetapi sekelompok orang itu sangat bahagia. Aku kira sekelompok muda-mudi tersebut mau liburan, entah liburan kemana yang penting mau happy-happy melepas penat sebelum ini (mau naik gunung kayaknya *lihat tuh tasnya :D ). Mereka  sempat bernyanyi bareng, cerita bareng dan main-mainan anak-anak. Jadi keingat waktu aku juga sering melakukan hal tersebut dengan teman-teman kampus kalau sedang menungggu apapun (misal: makan).

Dan saat ini di depanku pas, ada sepasang bapak ibu yang sedang menunggu kedatangan kereta di kursi tunggu. Seorang Ibu tesebut terlihat terlalu capek atau sakit hingga memutuskan tidur dikursi ditemani seorang Bapak tersebut. Begitu setianya ya? Mungkin suatu kesetiaan bisa dilihat saat menunggu. Melihat banyak orang yang lalu lalang, mondar mandir di jalan hall dan tidak tahu mau ngapain, lebih baik menunggu dengan tenang penuh kesetiaan seperti pasangan ini.

Ini mungkin saat yang aku sukai, tetapi mungkin bukan disukai oleh orang-orang lain yaitu menggeret koper dan langsung mengantri untuk masuk ke Kereta. Hey, aku sangat suka perjalanan. Bagiku perjalanan itu seperti mengukir kenangan indah yang akan aku ingat sampai kapanpun. Perjalanan itu menjemput setiap  kebahagiaan yang belum kita raih. Perjalanan itu menjawab sebagian pertanyaan-pertanyaan yang masih mengambang di fikiranku. Perjalanan itu menyisakan sejuta  kenangan antara aku dan setiap detik pandangan yang aku pandang. Itulah perjalanan menurutku.

Saat aku menulis ini mungkin orang-orang yang aku rindukan sedang berkelebat dengan pekerjaannya, mungkin orang-orang yang akan pergi sedang merasa senang ataupun merasa sedih, mungkin saat ini ada orang-orang yang sedang menanti kepulangan orang yang disayanginya, mungkin ada orang yang saat ini ingin pulang tapi tidak bisa pulang, mungkin ada orang yang yang ingin pergi dari rumah karena sudah tidak tahan dengan kondisi dirumahnya, mungkin ada orang yang sedang sibuk dengan pekerjaanya tapi fikirannya bukan pada pekerjaannya. Yah, seperti saat ini. Aku menulis tetapi hati ku tidak disini, tetapi dirumah.

Mungkin memang aku bukan orang yang seribet ini kalau mau mudik seperti orang-orang yang ada di hall ini. Tahu sendiri kalaupun mau mudik aku hanya butuh waktu 1 jam untuk pada akhirnya sampai dirumah. “Mudik” apa sih mudik menurutmu? Mudik=kembali, mudik=melepas rindu, mudik=membayar hutang kepada orang yang sedang rindu?? Apapun itu menurutmu, aku harap “mudik” menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri untuk para pemudik. Sebuah liburan yang menjanjikan ribuan kenangan.

Sempat iri sama mereka yang sekarang sudah bisa ber birrulwalidain dirumah, bisa bantu-bantu dirumah, yang sekarang sudah tidak ada hutang kewajiban, dan sekarang yang sudah bisa menikmati yang namanya 100% liburan (red: HOLIDAY). Entahlah mau seperti ini sampai kapan kawan, masih bergelut tugas TA yang sangat membuat diri ini tidak bisa menikmati udara segar, masih bergelut tanggungjawab di organisaasi, masih bergelut untuk menyelesaikan program pribadi. Kamu pernah 1 hari ga ketemu keluarga? Aku pernah :’) kamu pernah ga ketemua keluarga 1 minggu? Aku juga pernah, emm Apa kamu udah pernah ga ketemu keluarga selama 1 bulan? Aku belum pernah. Dan kalau semisal membayangkan sepertinya ga kuat. Hehe,


Entahlah, aku menganggap mudik itu sebagai ajangku untuk bayar utang rindu orangtuaku, untuk ber-birrul walidain dan untuk memnuhi janji-jani yang belum sempat terbayar. Kembali ketempat awal itu rasanya menghapus segala kenangan buruk selama kita pergi ketempat baru. Jadi inget sekarang dirumah sedang lengkap ada Bapak, Ibu, Masku yang belum nikah (semoga cepat nikah ya ), ada masku yang udah nikah (semoga langgeng ya  ). Ada istrinya, ada keponakan tercinta (dek rafa :D), ada mbak ku. Coba saja aku dirumah, bakal ada keluarga kecil yang akan bahagia sekali melihat keluarga kecil ini tapi sangat lengkap dan penuh kebahagiaan. Seperti kataku tadi, perjalanan mudikku itu untuk menjemput sejuta kebagiaan.

Dan pada akhirnya dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun kita harus  bisa menyesuaikan diri. Harus bisa berkembang dalam kondisi apapun (pesan Mas Aditio Agung Nugroho) dan tetaplah menjadi kebanggaan untuk semua orang. Sesungguhnya yang sederhana itu sangat indah, sesungguhnya sesuatu pasti akan indah pada waktunya :).


"aku adalah sebatang pohon yang takkan berguna
tanpa dahan, ranting dan daun. Dan takkan terliat indah 
tanpa dilengkapi olehmu "

Minggu, 11 Januari 2015

Ikan Air Tawar Tidak Bisa Hidup di Air Laut?



Ikan Air Tawar Tidak Bisa Hidup di Air Laut?

ikan air tawar

air laut
-Mengenai sebuah cerita sore yang akan aku ingat sampai kapanpun-

Mengenai aku dan sepenggal keinginan untuk melihat sunset di Parang Tritis.  Sebuah keinginan yang belum pernah kesampaian sampai saat ini juga.

Aku tahu saat aku menuliskan sepenggal kisahku 
ini, kalian sedang menuju kesuatu tempat atau kalian sedang belajar atau kalian sedang meratapi nasib kalian. Bagiku sebuah “keinginan” tidak pasti harus kesampaian saat ini juga. Bagaimana menurut kalian? Harapan, keinginan, kebutuhan, kepentingan, kewajiban mana yang harus ditunaikan terlebih dahulu? Menurutku jawaban itu punya versi masing-masing dari setiap individu.

Senja ini aku memutuskan untuk menghabiskan waktu ntuk menuliskan kisah ini di tempat 2.5m x 2.5m yang selalu jadi saksi bisu semua yang kurasakan. Entahlah dinding, meja, almari, kasur dan semua barang yang ada dikamarku mengerti atau tidak. Aku lenyap senja ini, dilenyapkan oleh sifatku yang menurutmu ini sangat buruk. Bukankah senja ini kita akan menghabiskan waktu untuk menikmati sunset dengan indah?

Itu bukan kehidupanku rupanya. Bagiku semua kegiatan yang membuat kalian nyaman itu baik, tapi bukan untuk hati dan perasaan ku. Seperti yang sering ku sebut “ ikan air tawar tidak bisa di laut”. Memang benar ini aku. Kalaupun saat ini aku harus memaksakan diriku untuk ikut, aku tidak tahu seberapa besar murka orang tuaku padaku? Aku diutus disini bukan untuk melihat sunset bersamamu, bukan untuk melengkapi draft keiginanku yang masih belum tertunaikan.

Kalaupun aku harus memaksa untuk ikut, aku akan merasakan 2 siksaan. Dari hatiku dan dari kawanku. Hey? Aku kenal kawanku itu. Aku kenal dekat. Bahkan ia tidak diajak. Jikalau aku ikut aku takkan bisa memaafkan diriku atasnya. Memang keputusan ini menyakitkan bagimu, pun bagiku juga begitu. Tetapi ketahuilah aku hanya tidak ingin menjadi lebih merasakan hal yang aku tisak suka dan membuatnya terluka.

Kau boleh marahi diriku kawan. Aku mengkhianatimu. Kau boleh mencaciku untuk ini, untuk sifatku dan untuk semua yang aku putuskan tanpa melihat hatimu. Apa yang kurang ketika aku tidak ada? Sama sajakan? Yah, sama saja. Andai sejak tadi kau penuhi janjimu itu, andai kau tadi melihat potongan hatiku yang terluka karena menunggu. Kalau kau penuhi dari tadi mungkin aku masih bisa bertahan  walaupun aku tersakiti. Seperti ikan tawar ketika dimasukkan ke air laut mungkin tidak akan apa-apa jika tidak menunggu terlalu lama. Takutnya kalau dipaksa menunggu terlalu lama bisa mati saat itu juga.

Ketahuilah kawan, aku tipe orang yang tidak suka dibuat kecewa. Coba siapa yang suka dibuat kecewa? Karena aku sudah sangat sering membuat diriku kecewa. Pahamilah kawan kau perlu mengetahui perasaan seseorang. Kau perlu memahamiku juga. Munafiknya aku yang menginginkan kamu untuk memahamimu sedangkan aku hanya memahami diriku saja. Saat ini aku tidak bisa untuk sering menambah toleransiku untukmu, hidupku tidak hanya bersamamu. Masih ada yang harus kutunaikan yang lain. Untuk hal ini, pahamilah juga.

Simple saja saat ini, saling memahami mengerti dan saling percaya. Karena sekarang aku sudah tidak punya kesempatan lebih seperti kalian, sudah tidak punya. Tetapi aku masih punya beberapa pilihan untuk melanjutkan hidup. Hmmm, cukup sudah saat ini. Aku tidak akan marah ataupun benci terhadap kalian. Aku masih harus belajar banyak terhadap kalian. Masih harus bisa menyesuaiakan dengan hidup kalian. Sebalikanya jika saat ini kau mau marah dan benci pada ku tak mengapa. Tapi aku mohon, pahamilah aku :)…
 
"Karena itu aku sebut aku adalah ikan air tawar yang tidak bisa hidup di air laut"
Aku masih sayang kalian karena ALLAH

Semoga masih ada pilihan lagi untuk menikmati sunset bersama kalian. :)

Sabtu, 10 Januari 2015

"MENUA BERSAMA"

Entah Mengapa Aku Suka Membacanya--
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Untukmu, yang masih terus kusebut dalam doa

Hey, sedang apa kamu sekarang?

Kubayangkan dirimu sedang tenggelam ditengah kesibukan.
Serius menatap layar, memeras otak untuk belajar, atau tengah asyik berbicang bersama kawan seperjuangan.
Sadarkah dirimu, kamu selalu tampak lebih gagah saat sedang berkonsentrasi penuh seperti itu?

Berani bertaruh, keberadaan calon istrimu ini sedang tak sedikit pun berkelebat di pikiran.
Kau kerap menyingkirkanku demi bisa fokus mengejar impian.
Tapi tak layak rasanya jika kuangkat suara keberatan.
Menyadari bahwa kau telah dipersiapkan sepatutnya membuatku merapal syukur tak berkesudahan.


Aku selalu membayangkan bagaimana nanti kita akan bertemu. 
Apakah akan lucu, romantis atau justru sebenarnya kau dan aku sudah saling mengenal dari dulu? 
Apapun jalannya, aku berharap kelak kita akan saling memandang mata dan tahu:


"Akulah muara akhir petualanganmu. Kehadiranmu, mencukupkanku"


Sayang, yang namanya selalu terapal dalam doa dari fajar hingga ujung malam.

Sesungguhnya aku tak sabar ingin segera bisa mengajakmu jalan-jalan.
Kita memang bukan pasangan yang gila pada kencan romantis di cafe yang harganya membuat mata membesar.
Kau dan aku rela berhemat, makan sederhana demi melihat dunia.
Kita akan mengangkat keril.
Menaklukkan puncak-puncak tertinggi bersama.
Naik kereta keliling Jawa, menyeberang ke Bali, menjejakkan kaki di Nusa Tenggara.

Kau gigih berburu penerbangan termurah ke Papua sementara aku mengepak logistik untuk ekspedisi kita ke Puncak Jaya.
Tak jarang aku protes pada mahalnya tiket keliling Indonesia. Merayumu untuk memilih melancong ke luar negeri saja.
Jawabanmu membungkam kata, “Kita harus lebih dulu mengenal Indonesia. Demi bisa mengenalkannya ke anak-anak kita”.
Mengenal Indonesia demi tanggung jawab pada anak-anak kelak
Betapa beruntungnya aku menemukanmu, yang mencintaiku sebesar mencintai tanah airnya.
Saat salju abadi akhirnya terjamah tangan, kau pun menatapku dan berkata:

 “Tuntas sudah janji kita pada calon anak atas Indonesia. Siapkan dirimu melihat dunia”.

Esoknya, akan kutemukan kau bekerja lebih keras demi bisa membawaku ke Venesia.
Ijinkan aku mengucapkan terima kasih atas keberadaanmu
Terima kasih, telah ada
Terima kasih telah mempersiapkan dirimu untuk menyambutku. Kau mengorbankan waktu tidurmu, merelakan indahnya masa mudamu.
Saat teman-temanmu kecanduan main DoTA, kau justru begadang demi menyelesaikan tugas terakhirmu sebagai mahasiswa.

Kau memilih belajar bekerja dibanding nongkrong hingga pagi buta. Terima kasih atas kedewasaanmu.
Sebagai pria, kamu sadar harus lekas lulus dan mulai menjajaki dunia.

Terima kasih sudah tumbuh jadi lelaki yang bisa diandalkan.
Kamu tak hanya lihai memperbaiki mobil dan mengganti ban. Namun memang layak jadi panutan.

Kau memperlakukanku seperti layang-layang. Membuatku terbang tinggi, tanpa pernah lupa menarik senar.
Bersamamu kutemukan kebebasan yang penuh penjagaan.


Maafkan aku yang belum bisa sepenuhnya jadi wanita idamanmu
Aku belum sepenuhnya jadi wanita idaman

Diluar sana masih banyak yang lebih cantik dibanding aku. Mereka yang lebih lihai memadankan baju.
Cerdik memulaskan pewarna di muka tanpa harus canggung dihadapmu. Tapi kau menganggap semua aksesori itu tak perlu.

Terima kasih kau selalu menghargai masakanku
Maafkan aku yang belum juga pintar memasak.
Tak jarang kau akan temui makanan yang keasinan di akhir hari panjangmu.
Alih-alih memarahiku, kau hanya mengusap rambut dan menuang kecap banyak-banyak.

Katamu sambil berusaha tersenyum manis, “Ini enak kok, cuma perlu agak manis sedikit”.
Kau habiskan hidangan itu tanpa protes.
Padahal kau bisa saja keluar rumah, memilih membeli makanan di restoran yang tak pernah mengecewakan lidahmu.

Terima kasih, untuk selalu menjaga hatiku.
Jika suatu hari kita bertengkar hebat, tolong ingatlah…
Kita bisa berubah jadi monster paling menyebalkan bagi satu sama lain.
Kamu sudah tak tahan lagi dengan omelan cerewetku. Bagimu aku sudah terlalu banyak bicara.
Aku pun tak lagi bisa mentoleransi kebiasaanmu yang terlihat jorok di mataku.
Bagaimana bisa kaus kaki kotor tak kau taruh di keranjang cucian? Justru kau biarkan tergeletak di lantai kamar.

Kamu ingin aku menerimamu apa adanya. Aku berharap kau berubah. Kita saling membentak. Jari tertuding tak mau kalah.
Salah satu dari kita harus mau mengalah

Saat aku sedang keras kepala – peluk aku dan ingatkan — mau tak mau salah satu dari kita harus diam.

Cinta bukan kompetisi yang perlu menghitung poin menang-kalah. 
Waktu kau lelah menghadapi egoismeku, bicaralah.


Calon istrimu ini tak pandai membaca kode tanpa arah.
Di titik kau tak mampu lagi dan ingin pergi, ingat kembali.
Tuhan tak mungkin mempersatukan kita dengan suci hanya untuk semudah itu diakhiri.


Maka, bersediakah kamu?


Bersediakah?


Maukah kau jadi kawan terbaikku membangun masa depan? Jadi orang yang aroma badannya kuhirup saban malam. 
Pria yang namanya tak pernah alpa kusebut di tiap sujud dan tangkupan tangan. Kita akan memulai segalanya dari nol. 
Barangkali kau dan aku tak akan langsung hidup nyaman. Rumah kontrakan sederhana juga sudah cukup membahagiakan.


Sudikah kamu jadi Bapak dari anak-anakku? Mereka yang akan kita dewasakan bersama.
Nyawa-nyawa baru yang akan kita biasakan untuk rajin membaca.
Tak mengalah pada kuasa tablet digital yang membuat mereka kian tak peka.

 "Menua bersama"

Akankah kau mengijinkanku jadi wanita yang memiliki nama belakangmu?
Menjadi pribadi terhormat yang mengandung anak dari benihmu.

Maukah kau menghabiskan masa denganku? Dengan rendah hati menerima segala kurangku.
Betapa aku akan bahagia saat akhirnya bisa jadi orang pertama yang kau lihat setiap membuka mata.

Kita akan menua bersama,ditemani tawa dan kerut yang makin nyata.
Berjanjilah, tak peduli  nanti kita akan berselisih paham.
Atau kekurangan uang.
Saat anak-anak kita berulah dan menyusahkan — kau dan aku
akan kembali saling menatap untuk menemukan keyakinan : kita akan tetap baik-baik saja.

Relakah  priaku, jika kau kudampingi sampai surga?


Sayang, dari 3,4 miliar pria diluar sana: aku berharap kamu ada.


Sampai kelak kita bertemu,

Calon Istrimu

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku, Kau dan Kenangan



Bismillahirrokhmanirrokhiiim :)

Bagaimana malam harimu saat ini? Mengagumkan? Aku harap semua lancar seperti apa yang kau bayangkan. Kali ini aku akan bercerita mengenai sahabat, kawan, juga keluarga. Entahlah aku mau bercerita yang mana, tetapi setelah keputusan kemarin malam itu cukup membuatku lega. Keputusan-keputusan yang sangat menyakitkan menurutku, tetapi  itu dulu. Kini aku telah melewati masa-masa berat yang mengganggu hati dan perasaanku :’)

Kalau bercerita mengenai teman, kawan, sahabat yang terlintas dibenakku adalah “mereka” ataupun “semua tentang kita”. Alhamdulillah, aku adalah orang yang paling beruntung yang dipertemukan oleh kalian. Aku ibaratkan “aku adalah bibit pohon jeruk yang sangat asam”, tetapi ketika aku bertemu denganmu semua, yang kutahu aku dapat tumbuh ditanah yang subur, setiaphari dirawat dikasih air, pupuk dan obat lain untuk tumbuh menjadi pohon jeruk yang siap untuk dipanen. Masaku sangat panjang hingga kau benar-benar siap untuk berguna untuk orang lain. Nah, dimasa inilah kalian sangat melengkapi segala kekurangan yang ada pada diriku. Silih berganti dari masa kecil ku, aku ingat beberapa orang yang kuanggap teman, kawan ya keluarga dari TK hingga sekarang.

Ingat sekali banyak hal yang harus kita lalui untuk menjadi seperti saat ini. Banyak halangan dan rintangan didepan dan buktinya aku bisa melaluinya dengan kalian. Suatu saat kita akan merindukan hal-hal yang sering kita lakukan, yang mungkin sekarang hanya tinggal kenangan semata. Sekarangpun yang berada di nun jauh disana “aku merindukanmu” seperti aku rindu pada orangtuaku. Kenangan yang tak bisa dibeli dengan apapun, kenangan yang tidak bisa diambil oleh oranglain, kenangan yang bisa membuat kita seperti ini. Sayang, aku bukan tipe orang yang bisa berkata-kata dengan indah, bukan tipe orang yang bisa menulis rangkaian kata-kata indah untukmu hanya saja aku berusaha jadi yang terbaik untukmu.

Kini aku sedang merajut kenangan dengan kawan yang luarbiasa hebatnya, tak perlu kusebutkan namanya J. insyaAllah, kau yang pasti ada didoaku ini, aku belajar banyak dari kalian. Sore ini tentang “kepercayaan dan perasaan”. Tak sengaja aku menyinggung mengenai kepercayaan. Yap, benar sekali bahwa aku terkadang sering emosional, sering sok gapapa, padahal udah nyangkut yang namanya perasaan. Kali ini mengenai perasaan dan kepercayaan. Jelas-jelas sudah dipercaya untuk ini, itu, tiba-tiba tidak amanah. Langsung deh “perasaan” jadi menilai bahwa orang ini kurang ini itu. Huh, disisi lain ternyata kita sendiri yang kurang bisa memahami kondisinya saat itu. Apa yang akan kau lakukan jika ternyata ia juga sudah tidak menaruh kepercayaan lagi padamu?

Simple tapi kompleks mengenai “kepercayaan”. Yang kutahu saat ini kita hanya bisa menjadi seperti keluarga ketika kita benar-benar saling percaya. Kepercayaan mahal harganya dan yang namanya perasaan itu kalau sudah terlanjur tersakiti pasti akan susah untuk membalikan keadaan seperti semula. Sulit (!)
Seperti paku yang dicabut pasti meninggalkan bekas.

Harga mati untuk seorang sahabat yaitu “menjaganya”. Walau saat ini kau benar-benar menilai dirimu dengan sejuta kekuranganmu, tetapi yakinlah mereka adalah pengisi ruang kosong dihati kita, penyembuh sesak dihati kita dan penghapus luka dihati kita. Kini hanya ada satu pilihan SENDIRI atau MENJAGANYA.

Bahkan untuk masa-masa yang sulit yang kulalui sekarang, mereka tetap bisa menjadi penghapus luka ini, pengisi ruang kosong ini, penyejuk di masa kelam ini. Aku telah melaluinya denganmu kawan, butuh bertahun-tahun untuk memberikanmu lencana yang keren untukmu. Aku memang sudah tidak punya kesempatan untuk itu, tetapi karenamu aku masih punya beberapa pilihan untuk hal lain.

“aku yang rindu akan semua kenangan bersama teman, kawan, sahabat dan keluarga”

Mengakhiri

Sunyi sepi, dan sendiri mengajarkan banyak hal--- paling utama adalah mengenal diri sendiri. ternyata, mengakhiri dengan baik-baik itu leb...