Senin, 11 Maret 2019

11 JANUARI 2019 "IBU KOTA"


{
.
Dulu, bekerja di Jakarta sangat keren menurutku. Tidak hanya menurutku, menurut orang sekampung malahan. Di Jakarta akan banyak hal baru yang bisa dicoba daripada di kampung.

Pas lebaran datang, "Mas, sudah lulus SMK ya? Sekarang kerja di mana?" Pertanyaan orang sekampung. Lalu saat di jawab "kerja di Jakarta", tiba-tiba raut semua orang bangga "waah, keren ya. Banyak nih uangnya" timpal mereka.

Tahun 2000an gadget belum bisa menggenggam seluruh isi dunia. Belum bisa membayangkan betapa riuhnya kerja di Jakarta. Euforia yang orang kampung tahu saat mudik lebaran dan bawa uang banyak. Di belakang itu mereka tidak tahu perjuangannya.

Kerja di Jakarta, faktanya membuat hati tak tenang sarapan karena takut telat masuk kantor.

Kerja di Jakarta, faktanya bukan hanya perkara macet namun banyak pengendara yang tidak mematuhi peraturan.

Kerja di Jakarta, faktanya untuk menempuh 1 km saja butuh bermenit-menit.

Kerja di Jakarta, faktanya dari 24 jam sehari, setengahnya habis di jalanan.

Kerja di Jakarta, faktanya merubah kebiasaan tidur karena menyesuaikan dengan kondisi jalanan.

Kerja di Jakarta, faktanya mencari sayur lebih susah ketimbang mencari ayam goreng.

Dan, dari itu semua ada satu hal yang pekerja rantau rasakan. Posisi aman telah dicapai, gaji yang sangat tinggi, namun selalu ada alasan untuk kembali ke tempat asal. Tidak ingin menghabiskan waktu tua di Jakarta.

Itulah mengapa Jakarta menjadi pusat ekonomi, namun bukan menjadi pusat ketenangan bagi keluarga. Masih mau merantau ke Jakarta? .
}
📷 by : Ofani Dariyan
#30hbc
#30hbc19
#30hbc1911 
#30haribercerita 
@30haribercerita

Tidak ada komentar:

Mengakhiri

Sunyi sepi, dan sendiri mengajarkan banyak hal--- paling utama adalah mengenal diri sendiri. ternyata, mengakhiri dengan baik-baik itu leb...